Minggu, 11 Mei 2014

tes proyeksi dan tes kepribadian

Perkembangan psikologi proyektif banyak didasarkan sebagai protes terhadap teori atau aliran lama yang kebanyakan bersifat structuralism, behaviorism, yang kebanyakan memandang individu bukan suatu whole tetapi sebagai suatu kumpulan dari berbagai aspek.

Aspek psikologis manusia yang tidak disadari sulit diungkap dalam kondisi wajar (sukar diungkap melalui self report, inventory). Jadi dalam pendekatan proyektif diperlukan instrument khusus yang dapat mengungkap aspek-aspek ketidaksadaran manusia --- teknik proyektif ini kemungkinan subjek mau merespon, walaupun teknik proyektif mempunyai arti interpretatif Teknik ini pendekatannya menyeluruh (global approach).

Ada beberapa alasan mengapa kepribadian testi tidak diungkap atau ditanyakan secara langsung kepada testi, seperti pada personality inventories:
  1. Tidak semua orang dapat mengkomunikasikan dengan jelas ide-ide dan sikap-sikap yang ada dalam kesadarannya. 
  2. Umumnya lebih mudah menghindari mengatakan hal-hal tersebut walaupun tidak dengan maksud menyembunyikannya atau menipu. 
  3. Banyak hal yang tidak disadari oleh seseorang, yang tentu saja ia tidak mampu untuk mengemukakannya.
Konsep proyektif dalam memandang kepribadian:
  • Personality is a process, not only group of aspect 
  • Personality is an interaction between internal and external factors. They always share in their development process.
Tes ini berawal dari lingkungan klinis dan tetap merupakan alat yang penting bagi ahli klinis. Sejumlah metode berkembang dari prosedur terapeutis yang digunakan pada pasien psikiatris. Dalam kerangka teoritis, kebanyakan teknik proyektif mencerminkan pengaruh konsep psikoanalitik yang tradisional dan modern. Ada berbagai upaya yang terpisah yang meletakkan dasar bagi teknik proyektif dalam teori stimulus respon dan dalam teori perceptual tentang kepribadian. Asumsi dasarnya adalah apabila subjek atau individu dihadapkan pada hal-hal yang ambiguitas maka subjek akan memproyeksikan personalitinya melalui jawaban-jawaban terhadap stimulus itu. Syarat-syarat untuk proyeksi antara lain diperlukan screen dan layar. Screen adalah sebuah alat tes untuk memproyeksikan gambar dan stimulus.

Tes proyeksi adalah pengungkapan aspek psiklogis manusia dengan menggunakan alat proyeksi. Tes ini berdasar pada eksternalisasi aspek-aspek psikis terutama aspek-aspek ketidaksadaran ke dalam suatu stimulasi/rangsang yang kurang atau tidak berstruktur yang sifatnya ambigious agar dapat memancing berbagai alternatif jawaban tanpa dibatasi oleh apapun.

Pelopor tes proyeksi adalah Freud (1984) dengan teori psikodinamikanya, dan kemudian dikembangkan oleh Herman Rorschach (1921) dengan tes Rorschach dan Murray (1935) dengan tes TAT (Thematic Apperception Test) untuk mengungkap aspek-aspek kepribadian manusia.

Tes proyeksi memberikan stimuli yang artinya tidak segera jelas; yaitu beberapa hal yang berarti dia mendorong pasien untuk memproyeksikan kebutuhannya sendiri kedalam situasi tes. Tes proyeksi kemungkinan tidak mempunyai jawaban benar atau salah, orang yang diuji harus memberikan arti terhadap stimulus sesuai dengan kebutuhan dalamnya, kemampuan dan pertahanannya.

Oleh karena tes proyektif menuntut kesimpulan yang luas atau kualitatif (tend to subjective). Kecenderungan untuk subjektif ini dapat diatasi dengan pengetahuan, pengalaman yang besar terhadap tes. Validitas dan reliabilitas tes rendah, karena dalam memberikan kesimpulan sangat luas. 
MACAM-MACAM TES PROYEKSI

Macam-macam tes proyeksi dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

a. ASSOCIATIVE TECHNIQUES
  • Subjek menjawab stimulus dengan perkataan, image, atau ide-ide yang pertama kali muncul.Ex : Rorschach Inkblots, Word Association
b. CONSTRUCTION PROCEDURES
  • Subjek mengkonstruk atau membuat suatu produk (cerita). Dan dari cerita itulah keadaan psikologis klien diungkap. Ex : TAT, MAPS (Make a picture story)
 c. COMPLETION TASKS
  • Melengkapi kalimat atau cerita yang sudah ada disedikana sebelumnya. Ex : SSCT, Rosenzweig Picture-Frustation Study
d. CHOICE OR ORDERING DEVICES
  • Mengatur kembali gambar, mencatat referensi atau semacamnya. Ex : Szondi Test, Tomkins-Horn Picture Arrangement Test
e. EXPRESSIVE METHODS
  • Gambar, cara / metode dalam menyelesaikan sesuatu dievaluasi. Ex : BAUM, HTP, DAP
Teknik-teknik dalam penyajian tes proyeksi ada bermacam-macam cara:
  1. Stimulus tidak berstruktur --- Stimulus yang diberikan (tes) tidak terstruktur seperti tes intelegensi. 
  2. Proses proyeksi --- pengungkapan keadaan psikologi klien dengan memproyeksikannya dalam bentuk reaksi terhadap tes yang disajikan. 
  3. Administrasi longgar --- Administrasi tes proyeksi biasanya tidak ada aturan baku, tergantung dengan kebutuhan klien dengan catatan tidak mempengaruhi hasil tes. 
  4. Testee oriented --- tes ini berorientasi pada testee 
  5. Unsur subjektifitas dalam interpretasi --- Dalam menginterpretasikan tes ini, unsure subjektivitas psikolog sangat berpengaruh. 
  6. Menyentuh bawah sadar --- tes proyeksi membantu mengungkapkan keadaan bawah sadar manusia.
FUNGSI TES PROYEKSI
Tes proyeksi berfungsi untuk mengungkap keadaan psikologi bawah sadar manusia yang selama ini di repres kealam bawah sadar. Melalui tes proyeksi ini diharapkan dinamika psikologis itu dapat dikeluarkan melalui alat bantu tes-tes proyeksi.

Sebagai sebuh tes, tes proyeksi mempunyai kelebihan dan kekurangan jika dibandingkan dengan tes-tes psikologi yang lain:

Kelebihan Tes Proyektif
  • Dapat mengungkap hal-hal di bawah sadar untuk keperluan klinis 
  • Dapat menurunkan ketegangan 
  • Bersifat ekonomis
Kekurangan Tes Proyektif
  • Validitas dan reliabilitasnya rendah 
  • Tester harus memiliki keterampilan yang khusus untuk dapat menggunakan tes ini dalam kaitannya dengan ketepatan melakukan diagnosa.

A. DEFINISI KEPRIBADIAN
Adapun definisi kepribadian menurut para ahli, yaitu:
a. Yinger
Kepribadian adalah keseluruhan perilaku dari seorang individu dengan system kecenderungan tertentu yang berinteraksi dengan serangkaian instruksi.
b. M.A.W Bouwer
Kepribadian adalah corak tingkah laku sosial yang meliputi corak kekuatan, dorongan, keinginan, opini dan sikap-sikap seseorang.
c. Cuber
Kepribadian adalah gabungan keseluruhan dari sifat-sifat yang tampak dan dapat dilihat oleh seseorang.
d. Theodore R. Newcombe
Kepribadian adalah organisasi sikap-sikap yang dimiliki seseorang sebagai latar belakang terhadap perilaku.
Kepribadian memiliki delapan aspek kunci, yaitu:
1. Individu terpengaruh oleh aspek ketidaksadaran;
misalnya: kita mungkin atau melakukan hal-hal yang sama seperti yang dilakukan orangtua terhadap diri kita sendiri.
2. Individu dipengaruhi oleh kekuatan ego;
misalnya kita sering berusaha menjaga rasa penguasaan dan konsistensi dalam perilaku.
3. Individu adalah makhluk biologis;
4. Pribadi dibentuk oleh pengalaman dan lingkungan di sekitar diri mereka masing-masing.
5. Individu memiliki dimensi kognitif—berfikir mengenai dunia di sekitar mereka dan secara aktif mencoba mengartikannya.
6. Individu merupakan suatu kumpulan trait, kemampuan, dan kecenderungan yang spesifik.
7. Manusia memiliki dimensi spiritual dalam hidup mereka, yang memungkinakan dan mendorong mereka untuk mempertanyakan arti keberadaaan mereka.
8. Hakikat dari sorang individu adalah senantiasa berinteraksi dengan lingkungannya.
(Friedman, “Kepribadian”; 2008)
B. PENGERTIAN TES KEPRIBADIAN
Secara umum, definisi tes kepribadian adalah teknik untuk mengesahkan atau menolak hipotesis dalam pengukuran mental yang menghasilkan skor untuk membandingkan dua orang atau lebih. Tes ini dirancang untuk mengukur berbagai faktor psikologis tertentu, biasanya juga menyangkut pengukuran kemampuan fisik seseorang.
Menurut Lee J. Cronbach dalam Essential of Psychological Testing, tujuan tes kepribadian adalah mengetahui perbedaan diantara setiap kepribadian dan kepribadian itu sendiri bersifat individual, yang berarti tidak seorang pun yang memiliki kepribadian yang sama diantara satu dengan yang lainnya, dan keribadian itu sendiri bukanlah sesuatu yang salah atau benar, bukan pula sesuatu yang baik atau pun buruk. Sehingga kepribadian adalah apa adanya diri anda yang telah memiliki kepribadian yang unik, berbeda dari yang lain.
Tes-tes kepribadian melibatkan stimulus terstandardisasi yang ditujukan untuk memancing dan menganalisa perbedaan reaksi individu.
B. TIPE-TIPE TES KEPRIBADIAN
Dalam Buku Kepribadian:Teori Klasik dan Riset Modern karya Howard S. Friedman, terdapat beberapa tipe tes kepribadian, yaitu:
1. Tes Laporan Diri (Self Report)
Tes-tes kepribadian yang paling umum biasanya ditentukan oleh laporan diri para peserta tes. Peserta tes harus memberikan respons (jawaban) terhadap beberapa item-item pernyataan yang sesuai dengan kriteria tertentu (criterion related). Artinya, item-item yang terpilih dapat membedakan sebuah kelompok khusus, misalnya kelompok individu normal dan kelompok individu yang depresi. Tes semacam ini sangat murah dan mudah untuk diberikan, seringkali objektif, namun validitasnya harus sering dievaluasi dengan hati-hati.
Keunggulan Tes ini adalah terstandardisasi, mudah diberikan, reliabel, menangkap gambaran diri dengan baik; namun terbatas dalam derajat kekayaan data, mudah untuk dikelabui, tergantung pada pengetahuan diri.
Contoh dari Tes Laporan Diri ini adalah: MMPI (Minnesota Multiphasic Personality Inventory), ACT (Affective Communication Test), Millon Clinical Multiaxial Inventory.
2. Tes Q-Sort
Dalam Q-Sort, seseorang dihadapkan pada setumpuk kartu yang berisi macam-macam nama karakteristik dan diminta untuk memilah kartu-kartu tersebut dalam tumpukan-tumpukan yang masing-masingnya menggambarkan sebuah dimensi, sebagai contoh, “paling tidak sesuai” sampai dengan paling sesuai dengan diri”.
Keunggulan Q-Sort adalah responden lebih aktif/banyak terlibat, dan item yang sama dapat digunakan untuk menilai aspek yang berbeda; namun keterbatasannya sama dengan Tes Laporan Diri.
Contoh dari Q-Sort: Penilaian konsep diri, harga diri, keluarga, terapi, generativitas.
3. Penilaian Orang Lain
Penilaian orang lain yang biasa disebut Studi Longitudinal Terman oleh Lewis Terman adalah penilaian yang menggunakan kuesioner untuk mendapatkan informasi individu (terutama anak-anak) dari orang lain (orangtua atau gurunya). Penilaian yang dilakukan di masa kecil ini terbukti dapat memperkirakan kepribadian dan pencapaian anak-anak di masa dewasanya.
Keunggulan penilian ini adalah: menyediakan sudut pandang yang tidak terbiaskan oleh laporan diri individu, dan dengan jelas mengungkap trait yang “terlihat”, dapat digunakan untuk menilai anak-anak/binatang; namun keterbatasannya adalah penilaian ini tidak valid apabila analisisnya kurang berpengalaman atau terpengaruh bias.
4. Pengukuran Biologis
Pada awal 1800-an, tulisan-tulisan Franz Joseph Gall membuat ribuan orang mencoba memeriksa kepribadian dengan merasakan bentuk dan tonjolan tengkorak. Praktek ini dikenal sebagai frenologi (DeGiustino, 1975).
Idenya adalah bahwa karakteristik psikologis yang berbeda-beda terletak di otak (sebuah ide yang masuk akal) dan kemampuan yang berkembang pesat atau lambatakan tampak melalui distorsi tengkorak.
Asesmen kepribadian modern yang bersifat biologis didasarkan pada asumsi bahwa sistem saraf (termasuk jaringan neuron otak) adalah kuncinya. Oleh karena itu asesmen kepribadian berusaha mengukur perilaku-perilaku yang terkait dengan sistem saraf. Yang lebih menarik adalah usaha-usaha masa kini yang lebih berfokus pada sistem saraf dengan cara mengamati otak dengan menggunakan citra PET (positron emission tomography).
Keunggulan dari pengukuran ini dapat mengungkap reaksi individu tanpa mengandalkan laporan diri atau penilaian analisis; namun bisa menjadi sulit atau mahal untuk digunakan hubungan antara hasil biologis dan pola perilaku yang kompleks/tidak sederhana.
Contoh pengukuran biologis: waktu reaksi, kelembaban kulit, pencitraan positron emission topography (PET).
5. Observasi Perilaku
Francis Galton, ilmuwan Inggris abad ke-19, memelopori pendekatan dalam memahami perbedaan individual, termasuk teknik observasi perilaku. Dalam laboratorium antropomorfisnya, Galton mengumpulkan semua jenis pengukuran fisik orang, dan ia kemudian mulai mempelajarai reaksi mereka dalam situasi yang terkontrol (Galton, 1970).
Penggunaan observasi perilaku mengasumsikan bahwa perilaku saat ini adalah prediktor valid dan reliabel akan perilaku di masa depan.
Keunggulan observasi perilaku adalah dapat menangkap apa yang sebenarnya orang lakukan, namun dapat sulit diinterpretasikan sebagai kepribadian, atau tidak mewakili keseluruhan tentang perilaku seseorang.
6. Wawancara
Wawancara klasik dalam psikologi adalah wawancara psikoterapi, dimana klien menceritakan pengalaman hidupnya yang penting atau bermasalah.
Keunggulan mengukur kepribadian dengan wawancara adalah dapat menggali informasi seecara mendalam dan dapat menggunakan pertanyaan lanjutan sehingga sangat fleksibel; namun bisa terkena bias dari pewawancara atau responden, mahal, dan menghabiskan waktu.
7. Perilaku Ekspresif
Menilai dari perilaku ekspresif adalah cara yang baik untuk melihat karisma pribadi—cara ini lebih valid, namun juga lebih menuntut kemampuan yang tinggi dari penganalisis.
Sebagai contoh, orang-orang dari bagian selatan yang cenderung lambat karena merupakan budayanya, berbeda dengan logat orang-orang Newyork yang mungkin merupakan kepribadian.
Keunggulan menilai dengan perilaku ekspresif ini dapat menangkap gaya perilaku unik yang sebenarnya, termasuk perilaku yang samar dan emosi; namun dapat juga sulit untuk ditangkap, dikodekan, dan diinterpretasikan.
8. Analisis Dokumen dan Riwayat Hidup
Mungkin tidak mengejutkan untuk mengetahui bahwa catatan harian dan catatan pribadi lainnya dapat menjadi sumber informasi yang kaya mengenai kepribadian. Gordon Allport menganggap surat dan catatan harian sebagai sumber yang sempurna untuk studi mengenai perubahan kepribadian (karena benda-benda itu ditulis salam jangka waktu yang lama) dan berpendapat bahwa surat dan catatan harian ini dapat menjadi ujian yang baik mengenai nilai sebuah teori kepribadian.
Keunggulan menganalisis dokumen adalah dapat digunakan untuk menganalisis individu selama jangka waktu yang lama, detail, dan objektif, bahkan bisa digunakan untuk orang yang sudah meninggal; namun hanya menunjukkan aspek-aspek tertentu dari seseorang, dan mungkin tidak tersedia dalam peristiwa penting.
9. Projective Test
Tes proyektif adalah teknik asesmen yang berusaha mempelajari kepribadian melalui penggunaan stimulus, tugas, atau situasi yang relatif tidak terstruktur, karena tes ini memungkinkan seseorang untuk “memproyeksikan” motivasi dalam dirinya ke alat tes yang diberikan. Selain membuat gambar, tes proyektif juga mencakup bercerita, melengkapi kalimat, dan melakukan asosiasi kata.
Keunggulannya dapat menggali lebih dalam dan menganalisis aspek yang tidak dapat terungkap dalam laporan diri, dapat memunculkan pemahaman untuk penelitian lebih lanjut; namun sering memiliki masalah reliabilitas dan validitas.
Contoh dari tes proyektif ini adalah: Draw-A-Person, Inkblot Rorsachach; Thematic Apperception Test (TAT).
10. Demografi dan Gaya Hidup
Demografi adalah semua informasi data statistik yang relevan mengenai populasi, misalnya umur, budaya, tempat lahir, agama, besar keluarga, dst. Namun, jika suatu demografi tidak dikaitkan dengan informasi demografi lain, maka bisa menyesatkan, seperti halnya kasus saudara kembar yang memiliki karakteristik demografis yang sama tetapi memiliki kepribadian yang sangat berbeda.
Keunggulan menggunakan demografi adalah dapat menunjukkan kerangka dan pengelompokkan dimana individu hidup; namun pada dasarnya tidak menceritakan banyak mengenai orang itu sendiri.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar